Tips Agar bekerja bernilai ibadah
Kita ketahui bahwa di dalam Islam, ibadah dibagi menjadi dua berdasarkan jenisnya, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah secara langsung kepada Allah. Ibadah mahdhah memiliki empat prinsip, yaitu :
1. keberadaan ibadah tersebut berdasarkan dalil yang jelas,
2. tata cara pelaksanaannya berdasarkan tata cara yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW,
3. di atas jangkauan akal (bersifat supra rasional),
4. berazas ketaatan (kepatuhan atau ketaatan adalah hal yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini).
Secara sederhana, ibadah mahdhah dapat dipahami sebagai ibadah ritual. Rumus dari ibadah mahdhah adalah karena Allah dan sesuai syariat. Contoh ibadah mahdhah, antara lain wudhu, tayammum, azan, iqamat, shalat, puasa, dan haji.
Jenis ibadah yang kedua adalah ibadah ghairu mahdhah, yaitu ibadah yang di samping berhubungan dengan Allah SWT juga melibatkan interaksi dengan sesama manusia dan makhluk lain.
Sebagaimana ibadah mahdhah, ibadah ghairu mahdhah pun memiliki 4 prinsip. Keempat prinsip tersebut adalah:
1. tidak ada dalil yang melarang,
2. pelaksanaannya tidak harus selalu berpola pada contoh Nabi Muhammad,
3. bersifat rasional, dan
4. berazas manfaat (sepanjang membawa manfaat, boleh dilakukan).
Rumus dari ibadah ghairu mahdhah adalah berbuat baik karena Allah.
Bentuk-bentuk ibadah ghairu mahdhah tidak terbatas. Sepanjang itu perbuatan baik yang membawa manfaat dan dilakukan karena Allah, maka perbuatan tersebut Insya Allah bernilai ibadah. Di antara lautan bentuk ibadah ghairu mahdhah, bekerja adalah salah satunya. Ya, bekerja sebagai ibadah. Bahkan, bentuk ibadah ini memiliki kedudukan yang sangat mulia di dalam Islam.
Al-Qur’an banyak menerangkan perintah untuk bekerja, antara lain Surat At- Taubah: 105,
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.
Qashash: 26,
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya".
dan Al Jumuah: 10.
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW menyampaikan yang intinya adalah kelelahan karena mencari nafkah dapat menghapus dosa yang bahkan dosa tersebut tidak dapat dihapus dengan shalat, puasa, zakat, dan haji. Mencari nafkah tentu sama dengan bekerja. Masih banyak hadis lain yang menerangkan kewajiban untuk bekerja.
Hanya saja, agar bekerja dapat bernilai ibadah, tentu ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Sebab, tidak mungkin jenis pekerjaan yang bertentangan dengan akidah dan syariat Islam dapat memiliki nilai ibadah di dalamnya.
Syarat-syarat yang mesti dipenuhi untuk menjadikan bekerja sebagai ibadah, antara lain sebagai berikut:
1. Niat yang benar
Bekerja akan bernilai ibadah jika niatnya lurus ingin mencari nafkah karena Allah. Jangan sampai kita bekerja niat kita terbatas pada urusan dunia semata-mata, atau bahkan ada niat tidak baik yang melandasi kita dalam bekerja.
2. Bekerja dilakukan dengan cara yang benar
Ketika kita sudah memiliki niat yang lurus dalam bekerja, tetapi cara yang kita lakukan tidak benar, pekerjaan kita tentu tidak akan mendapatkan nilai ibadah.
Misalnya, kita meniatkan kerja karena Allah, tetapi di lingkungan kerja kita melakukan hal-hal yang tidak terpuji, seperti menerima suap, melakukan korupsi, atau mengambil milik orang lain.
3. Jenis pekerjaan yang baik
Bekerja kita dipastikan tidak akan menjadi ibadah jika pekerjaan kita adalah jenis pekerjaan buruk yang dilarang oleh agama.
4. Perilaku yang terjaga
Kita dapat menjadikan bekerja sebagai ibadah, salah satunya dengan menjaga perilaku ketika bekerja. Melakukan hal-hal yang berdosa, seperti bergunjing, melakukan ghibah, menjegal rekan kerja, menjilat atasan, menginjak bawahan, tentu akan merusak nilai ibadah dari aktivitas bekerja.
5. Dilakukan dengan tulus dan ikhlas
Salah satu syarat ibadah diterima Allah SWT adalah harus ikhlas. Demikian pula dengan bekerja. Agar dapat bernilai ibadah, bekerja harus dilakukan dengan ikhlas.
Semoga kita semua bisa menjadikan pekerjaan kita sebagai salah satu bentuk beribadah kepada Allah SWT.
Maha Suci Engkau ya Allah, aku memujiMu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu.
Growing Together
Growing Together.
Iyak, benar sekali yang dikatakan Ibu Lina siang tadi. Kepingin menjadikan sebuah tempat sebagai pusat berkegiatan masyarakat sekitar. Tepatnya di Komplek Perumahan Lucky Arya Residen 2, Fajaragung Barat Kecamatan Pringsewu. Mulanya diundang menjadi salah satu kontributor kegiatan di teras rumahnya yang menurut informasi sudah delapan kali pertemuan dengan anak-anak lingkungan selama masa pandemi covid-19. Sebenarnya masih tersimpan perasaan cemas jika mengikuti pemberitaan di banyak media, baik cetak maupun elektronik. Bagaimana tidak, setiap saat jumlah kasus terus bertambah, dari hari ke hari, minggu ke minggu hingga saat ini. Ratusan ribu pasien positif terkonfirmasi Covid-19.
Anjuran dari Pemerintah yang seharusnya diindahkan untuk ditaati, ternyata masih banyak warga yang menganggap ini hal biasa saja. Alhasil, yah banyak orang yang awalnya sehat-sehat saja, waras-wiris, menjadi positif karena terpapar wabah. Dampaknya banyak, tidak hanya dari sektor perekonomian saja, bahkan hingga ke hampir semua lini menjadi lumpuh tak berdaya. Dunia pendidikan juga merenggut semangat generasi muda di negeri ini untuk menempuh pendidikan di rumah saja. Rasa bosan, jenuh, dan kangen bermain bersama teman-teman tentunya sudah sangat memuncak dirasakan oleh sebagian besar para murid/anak-anak sekolah. Karena beberapa bulan terakhir semenjak diberlakukan belajar dari rumah dan bekerja dari rumah terhitung sejak bulan Maret 2020 hingga saat ini aktifitas dibatasi dan anjuran menjaga kebersihan, kesehatan, serta menjaga jarak (Protokol Kesehatan). Namun, yang namanya anak-anak tentu perlu penyesuaian yang ekstra dalam hal ini, yang orang dewasa saja masih banyak yang tidak mengikutinya.
Ahad pagi pukul 09:18 waktu setempat, sudah banyak anak-anak yang ternyata menanti kedatangan Motor Matic pengusung buku-buku bekas. Awalnya sudah dikontak langsung oleh Aha, (sebutan akrab suami ibu Lina) bahawa di teras rumahnya setiap hari Jum'at dan Sabtu ada kegiatan belajar bersama yang digawangi oleh Kak Ara dan Ibu Lina. Sesuai jadwal, hari Jum'at anak-anak belajar mambaca bagi anak-anak yang memang belum lancar membacanya. Kemudian di hari Sabtu Kak Ara mengajari English Class, diperuntukkan kepada siswa-siswi kelas 2-6 SD. Nah, pas di hari Ahad sebenarnya belum ada jadwal khusus, tapi keinginan mengajak kolaburasi dengan Matic Pustaka sudah tercetus beberapa hari lalu. It's OK, karena memang sudah beberapa bulan tidak keliling dan hanya keluar masuk rak, buku-buku koleksi Matic Pustaka akhirnya bisa keluar markas juga. Walaupun di rumah juga sudah diselenggarakan untuk siapa saja yang hendak membaca dan belajar, namun karena masih dalam suasana pandemi kebanyakan warga merasa takut dan khawatir. Ya sudah, berangkat saja keliling. Sekalian hiburan di hari libur bersama anak-anak komplek. Kali pertama melakukan pelayanan setelah off beberapa bulan, rasanya terbayar sudah. Namun belum menemukan titik kepuasan, perlu dibuatkan kegiatan yang inovatif dan kreatif lagi agar daya nalar serta semangat belajar anak-anak semakin joss gandos kalau kata AHa.
Sementara dari Ibu Lina menambahkan, kegiatan ini memang seharusnya terus dilakukan dan tidak bisa secara sendiri-sendiri. Kita harus mengajak/menggandeng berbagai unsur atau komunitas, baik swasta maupun Pemerintah (yang mau dan peduli saja). Jika pun tidak ada yang mau kita akan tetap bergerak semampunya. Growing together.
(Amd-MP)
Label:
Kegiatan,
Pendidikan,
Pringsewu
Di Sela Perjalanan Panjang
Segelas kopi di pagi hari |
Segelas kopi di pagi hari menemani duduk
di ruang tamu yang dikelilingi tumpukan buku. Seperti motto sebuah perguruan
tinggi swasta di salah satu daerah “bisa dicicil”, itulah yang mengilhami
proses pengelolaan perpustakaan mandiri yang sedang mengalami kevakuman. Ada, tetapi tidak nampak, berdiri namun tak terlihat. Sebuah perpustakaan yang sudah
berdiri sejak dua tahun lebih, mengalami pasang surut sirkulasinya. Ibarat orang
mengadu nasib mengalami kembang-kempis timbul tenggelam. Bahkan kata seorang
guru kami “tidurnya terlalu lama.” Tidak bisa dipungkiri, perihal kegiatan yang
berstatus sosial kemasyarakatan, jika tidak dipupupk oleh semangat baru dari segala
sumber, pasti akan mengalami sebuah stagnan atau hanya terdiam. Terlebih tanpa
adanya sebuah tim yang bekerja di dalamnya.
Membagi waktu antara bekerja dan
berkegiatan bukan hal mudah untuk dilakukan, perlu sebuah manajemen yang baik
mengelolanya. Dasar dari sebuah konsisten adalah rasa suka atau hobi. Jika kita
sudah menyukai sebuah pekerjaan, walaupun pada akhirnya tidak mendapatkan
finansial seperti layaknya menjalani sebuah pekerjaan, namun disisi lain akan
menemukan sebuah kepuasan tersendiri. Fadktor lain adalah miskin ide,
ketidakkreatifan dalam menemukan formulasi untuk menggaet minat masyarakan di
dunia baca bisa menjadi salah satu faktor kevakuman sebuah perpustakaan.
Terlebih lagi dewasa ini semua orang disuguhkan dengan kemudahan-kemudahan
menemukan sesuatu apapun. Mulai dari mencari cara memasak, makanan, bahkan
menemukan barang belanjaan yang diinginkan pun cukup dengan meng-klik dan dalam
hitungan detik sudah bisa diketahui keberadaannya. Cukup mudah bukan?
Sebagai kita yang memiliki kepedulian
terhadap generasi masa depan, tentu kita berfikir secara panjang dan matang
dalam menyikapi hal demikian. Tidak semudah seperti apa yang kita bayangkan
sebelumnya, budaya membaca memang terkesan ketinggalan jaman. Namun, jika kita
tilik secara perlahan dan dari segi kemanfaatan, ternyata jauh ke depan manfaat
yang bisa kita peroleh dari membaca buku sangatlah luar biasa. Mungkin untuk
saat ini kita belum bisa merasakan dampaknya secara langsung, akan tetapi
beberapa waktu mendatang, kita akan dapat merasakannya dampak dari membaca
buku.
Sebagai contoh, dalam sebuah pendidikan/sekolah,
jika kita malas membaca buku, untuk menjawab sebuah soal yang diberikan oleh
guru kita pasti kita akan mengalami kesulitan. Kecuali jika kita memiliki
kemampuan di atas rata-rata, yang diterangkan sekali bisa mengingatnya
berkali-kali. Itu sebuah contoh yang bisa kita jumpai di sekolah-sekolah. Ada
banyak contoh lagi dari manfaat membaca buku lainnya. Yang jelas, dari beberapa
manfaat yang dapat kita ambil, kegiatan membaca buku merupakan hal positif yang
perlu kita biasakan sejak kita mengenal huruf, dengan harapan setelah kita
mulai mengikuti perkembangan jaman, tidak akan ada kata sulit setelah kita
lakukan membaca buku.
Kembali lagi kepada permasalahan tadi,
perpustakaan mandiri yang kami kelola memiliki tujuan yang salah satunya adalah
mendekatkan buku bacaan kepada masyarakat. Sasaran utama adalah warga terdekat
di lingkungan kami berada. Namun kembali lagi kepada rasa sadar masyarakat akan
pentingnya membaca. Menjadi sebuah tantangan bagi kami pengelola perpustakaan
jika sarana dan fasilitas sudah mendukung, tetapi keinginan untuk memanfaatkan
bahan bacaan masih rendah. Tidak ada yang perlu disalahkan dalam hal ini, yang
namanya kesadaran itu munculnya dari hati dan pemikiran masing-masing. Walaupun
kita memberikan iming-iming berupa hadiah, pada saat itu saja mungkin keinginan
untuk mendekati kami ada. Setelahnya jika tanpa adanya hadiah, entah pergi
kemana. Sekali dua kali hal ini boleh dilakukan sebagai perangsang agar
masyarakat mau mendekat dan mengetahui keberadaan kita, tapi jika dilakukan
secara terus menerus berarti masyarakat kita belum terbuka kesadarannya.
Label:
Cerpen
BUKU MASUK WARUNG (BMW)
BUKU MASUK WARUNG.
Matic Pustaka. Mengawali pergerakan di bidang Perpustakaan pada tahun 2018, kami memiliki beberapa program pengembangan perpustakaan khususnya di lingkungan Matic Pustaka. Di antaranya adalah program Buku Masuk Warung (BMW), yaitu sebuah terobosan untuk mendekatkan media buku kepada masyarakat. Awal tercetusnya ide ini berasal dari salah seorang sahabat penggiat literasi/perpustakaan keliling di daerah Sidoharjo Jawa Timur, beliau adalah Mas Fauzi Baim.
Setelah menyantap 2 judul buku yang ditulisnya, tentang kiat-kiat mengelola perpustakaan serta trik-triknya, timbul ide untuk mengadopsi apa yang telah dilakoninya selama beberapa tahun berjalan. Program Buku Masuk Warung akan kami coba kembangkan di Lampung, lebih tepatnya di Kabupaten Pringsewu. Menelusuri jejak langkah mas Fauzi, dengan modal buku-buku seadanya dan menilik kondisi lapangan yang ada, akhirnya kaki ini berjalan menuju sebuah warung kuliner di salah satu Kelurahan kota Kabupaten setelah melakukan negosiasi dengan pemilik warung dan menjelaskan secara singkat tanpa panjang lebar, si empunya warung menyambut baik maksud keinginan kami untuk mengembangkan perpustakaan dengan jalan penitipan buku di warungnya. Konsep yang kami tawarkan sangatlah sederhana, yaitu dengan menyediakan bahan bacaan yang sudah dicatat pendataan secara rapi di buku koleksi, kemudian survey lapangan tentang keramaian pengunjung warung yang nantinya akan menjadi sasaran pembaca buku-buku kami. Sementara pemilik warung hanya menyediakan tempat/wadah untuk meletakkan buku-buku yang kami titipkan.
Salah satu warung penitipan buku Matic Pustaka |
Pendataan buku-buku yang dititipkan disertai dengan berita acara penitipan, buku pemustaka/pengunjung, dan buku peminjaman jika ada pengunjug yang akan meminjamnya. Tentunya tidak lupa kami sertakan kolom donasi, apabila ada pengunjung yang memiliki keinginan berdonasi berupa buku maupun media belajar lainnya. Bentuk donasi berupa buku ataupun media belajar lainnya tidak harus baru, buku-buku bekas pun selama masih laik baca, akan kami terima sebagai bentuk jariyah dari para dermawan. Kami dari pengelola sangat membuka hati kepada masyarakat luas berkenaan dengan program pengembangan ini. Tidak ada batasan pergerakan selama masih dalam satu misi mencerdaskan bangsa.
Teknis dari program BMW ini adalah dalam jangka waktu 1-2 bulan kami lakukan kontrol terhadap kemanfaatan koleksi, apakah benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat luas atau hanya biasa saja seperti pada saat belum ada titipan buku. Jika ada tanggapan positif dari masyarakat, tentunya itu menjadi tujuan kami melakukan kegiatan ini. Namun sebaliknya, jika tidak ada perkembangan atau bahkan stagnan seperti sedia kala, itu juga menjadi evaluasi kami, apakah buku-buku yang kami sajikan tidak tepat peruntukannya atau memang benar adanya bahwasanya minat budaya baca masyarakat kurang dimiliki. Karena kita semua ketahui bahwa minat membaca warga Indonesia saat ini sangatlah rendah. Banyak faktor yang mempengaruhi di dalamnya. Di sini tidak akan kami sebutkan satu-persatu faktor tersebut, namun secara garis besar penyebab rendahnya minat baca masyarakat kita adalah kurang tersedianya akses bahan bacaan. Dengan demikian, perlu kita dekatkan, hadirkan, dan sajikan bahan bacaan yang mudah, murah, dan berkualitas. Menjadi tugas kita bersama dalam menyikapi hal ini.
Salah satunya adalah sinergitas kita semua mulai dari pemangku kebijakan, hingga masyarakat paling awam sekalipun memiliki tugas sesuai porsinya masing-masing.
Langkah awal kami ini akan dilakukan secara berkesinambungan dan penambahan warung-warung baru jika permulaan ini berhasil. Tentunya perlu adanya dukungan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk mewujudkan sebuah keberhasilan. Tanpa adanya konstribusi masyarakat, kegiatan ini tidak akan berjalan secara maksimal. Mari kita semua melakukan hal kecil yang positif demi kemajuan dan masa depan anak-anak kita mendatang. Diawali dari diri kita dan keluarga, membudayakan kegiatan membaca sejak usia dini di lingkungan terdekat. (Amd-MP)
DONGENG MALIN KUNDANG
Matic Pustaka. Kebiasaan orang tua dalam memberikan cerita/dongeng sebelum menghantarkan anaknya tidur, sudah jarang diterapkan di keluarga. Pada dasarnya anak-anak khususnya di bawah usia lima tahun, sangat berpotensi diberikan pesan moral yang baik melalui cerita-cerita edukatif seperti dongeng, hikayat, al-kisah, serta cerita lainnya yang bisa merangsang imajinasi buah hati kita.
Hal positif inilah yang sekarang sudah semakin tergerus dengan adanya teknologi yang semakin canggih. Namun tidak bisa dipungkiri, hampir semua kita membutuhkannya. Selain untuk memudahkan dalam pekerjaan, juga dirasa bisa menyelesaikan beberapa permasalahan.
Kembali lagi ke dongeng, berikut adalah sepenggal kisah Malin Kundang. Dikutip dari beberapa sumber dan versi. Sebagai bahan referensi untuk menceritakan kisah seorang anak yang memiliki sifat durhaka terhadap ibunya setelah mencapai puncak kejayaan/kekayaannya.
Malin Kundang. DONGENG MALIN KUNDANG
======================================
Malin Kundang anak yang durhaka |
Suatu waktu, hiduplah sebuah keluarga nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak laki-laki yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keuangan keluarga memprihatinkan, sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas.
Malin Kundang
Maka tinggallah si Malin dan ibunya di gubug mereka. Seminggu, dua minggu, sebulan, dua bulan bahkan sudah 1 tahun lebih lamanya, ayah Malin tidak juga kembali ke kampung halamannya. Sehingga ibunya harus menggantikan posisi ayah Malin untuk mencari nafkah.
Malin termasuk anak yang cerdas tetapi sedikit nakal. Ia sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, ia tersandung batu dan lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Setelah beranjak dewasa, Malin Kundang merasa kasihan dengan ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang yang kaya raya. Malin tertarik dengan ajakan seorang nakhoda kapal dagang yang dulunya miskin sekarang sudah menjadi seorang yang kaya raya.
Malin kundang mengutarakan maksudnya kepada ibunya. Ibunya semula kurang setuju dengan maksud Malin Kundang, tetapi karena Malin terus mendesak, Ibu Malin Kundang akhirnya menyetujuinya walau dengan berat hati.
Setelah mempersiapkan bekal dan perlengkapan secukupnya, Malin segera menuju ke dermaga dengan diantar oleh ibunya. “Anakku, jika engkau sudah berhasil dan menjadi orang yang berkecukupan, jangan kau lupa dengan ibumu dan kampung halamannu ini, nak”, ujar Ibu Malin Kundang sambil berlinang air mata.
Kapal yang dinaiki Malin semakin lama semakin jauh dengan diiringi lambaian tangan Ibu Malin Kundang. Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut.
Malin Kundang sangat beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi, Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.
Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya.
Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak saat itu, ibu Malin Kundang setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang.
“Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”, katanya sambil memeluk Malin Kundang.
Tapi apa yang terjadi kemudian? Malin Kundang segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.
“Wanita tak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku”, kata Malin Kundang pada ibunya.
Malin Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan mengenakan baju compang-camping.
“Wanita itu ibumu?”, Tanya istri Malin Kundang.
“Bukan, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan harta ku”, sahut Malin kepada istrinya.
Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya sambil berkata
“Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.
Label:
Cerita Anak,
Dongeng
Pasebu menjadi sasaran melapak Pustaka Matic Perpustakaan Keliling
Matic Pustaka. Pasebu, tempat baru melapak Pustaka Matic. Niat untuk terus menjajakan buku bacaan kepada masyarakat tetap dilakoni selagi punya waktu luang. Bersama dengan teman sekerjanya, kang Amin sapaan akrabnya, membuka lapak baca gratis di arena bermain anak-anak dan masyarakat Pekon Pagelaran dalam kegiatan rutin mingguan Pasebu (Pasar Seni dan Budaya). Ide ini berawal dari informasi salah seorang panitia Pasebu, bahwa di tempatnya sering diadakan kegiatan semacam malam mingguan bagi warga sekitar. Seperti nonton bareng laga sepak bola, kegiatan mewarnai bagi anak-anak, bazaar kuliner masyarakat, atau kegiatan penyuluhan/sosialisasi/kunjungan bagi pihak yang berkepentingan.
Pasebu menjadi sasaran melapak Pustaka Matic |
Sore itu, Sabtu malam Minggu merupakan waktu pertama melapak Pustaka Matic di tengah-tengah kegiatan Pasebu. Bermodal alas banner bekas serta beberapa eksemplar buku bacaan sebagai amunisi, dengan harapan ada masyarakat yang mau mendekat dan membuka buku yang telah digelar. Dan pada akhirnya informasi di dalam buku bisa tersampaikan kepada masyarakat yang membacanya.
Warga masyarakat selain menikmati jajanan tradisional di Pasebu, bisa juga hanya melihat-lihat suasana atau sekadar mengambil view photo di lokasi Pasebu.
Wahana permainan dan kuliner |
Kembali, FPPTI wilayah Lampung terima Hibah Buku dari The Asia Foundation (TAF) 2019
Matic Pustaka. Hibah buku TAF untuk FPPTI Lampung. Seperti pada tahun 2017 dan 2018, pada kesempatan ini di tahun 2019 Forum Perpustakaan Perguruan
Tinggi Indonesia (FPPTI) wilayah Lampung menerima hibah buku dari TAF. Buku-buku
hibah dari TAF memuat hampir semua disiplin ilmu yang diperuntukkan pemanfaatannya
kepada perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi, sebagai bahan
referensi/literature pendidikan dan penelitian. Kepala UPT Perpustakaan Unila sekaligus Ketua FPPTI wilayah Lampung, DR. Eng. Mardiana, S.T., M.T mengatakan, "pada tahun 2019 ini, jumlah
judul buku yang diterima FPPTI wilayah Lampung adalah 180 judul, yang terdiri
atas 1730 eksemplar. Sesuai dengan program kerja yang dimiliki FPPTI wilayah
Lampung, buku-buku tersebut akan dibagikan secara cuma-cuma kepada perguruan
tinggi yang terdaftar sebagai anggota. Adapun dari FPPTI wilayah Lampung sudah
memiliki keanggotaan berjumlah 23 perguruan tinggi negeri dan swasta. Jumlah tersebut
belum semua perguruan tinggi yang ada di
Lampung terdaftar sebagai anggota forum."
Di antara perguruan tinggi yang hadir dan terdaftar sebagai anggota aktif adalah Unila, UIN Raden Intan, Itera, Polinela, Poltekkes, Unimal, IBI Darmajaya, UBL, UM Metro, UTI, UMPRI, UAP, Akper Dharma Wacana, Akper Bunda Delima, UML, Akbid Panca Bakti.
Di antara perguruan tinggi yang hadir dan terdaftar sebagai anggota aktif adalah Unila, UIN Raden Intan, Itera, Polinela, Poltekkes, Unimal, IBI Darmajaya, UBL, UM Metro, UTI, UMPRI, UAP, Akper Dharma Wacana, Akper Bunda Delima, UML, Akbid Panca Bakti.
Briefing tim identifikasi buku hibah TAF 2019 |
Secara teknis, pengelolaan buku hibah TAF yang dilakukan FPPTI Lampung ada beberapa proses/tahapan,
yakni:
1. Identifikasi bahan pustaka. Proses
ini meliputi pencocokan data yang ada dengan pengecekan fisik buku yang
diterima. Dalam proses identifikasi buku, pelaksanaan dilakukan setelah selesai
dengan kegiatan pelatihan Augmented Reality for Library (ARLib) lanjutan, yang
dilaksanakan pada hari Selasa, 05 November 2019.
Peserta pelatihan ARLib (pengaplikasian poster promosi perpus) |
2. Inventaris kebutuhan dari
masing-masing perguruan tinggi anggota Forum. Karena tidak semua perguruan
tinggi yang menjadi anggota membutuhkan jenis buku dari data yang ada. Dikhawatirkan
nanti setelah buku dibagikan, tanpa adanya konfirmasi dari masing-masing
anggota, buku tidak dimanfaatkan (mubazir),karena tidak sesuai dengan disiplin
ilmunya.
Proses pembongkaran buku hibah |
3. Mendata jenis buku yang
dibutuhkan oleh masing-masing perguruan tinggi dengan jumlah dan jenis buku
yang ada.
Ceklis data judul buku dan jumlah eksemplar |
4. Proses pendistribusian buku hibah
ke masing-masing anggota berdasarkan data usulan dan diterapkan skala prioritas
untuk anggota forum yang aktif dalam kegiatan sesuai program kerja tahun 2019 FPPTI wilayah Lampung.
Diharapkan semua jenis buku yang diberikan oleh The Asia Foundation (TAF) melalui FPPTI wilayah Lampung, bisa dimanfaatkan untuk semua masyarakat, khususnya di dunia akademisi dan umumnya masyarakat secara luas. (Amd-MP)